Selasa, 23 Oktober 2012

Ketika Konghucu Salah Menilai Orang

Konghucu

Zaiyu dan Ziyu adalah dua murid filsuf besar Konghucu yang berbeda nasib. Zaiyu seorang yang berparas tampan dan berotak cemerlang, ia menguasai banyak kitab klasik serta mahir dalam berdebat. Ia menjadi salah satu di antara 10 murid terbaik Konghucu dan sering mendapat pujian dari gurunya. Sedangkan Ziyu adalah seorang yang buruk rupa dan kepintarannya biasa-biasa saja. Ketika ia pertama kali datang menemui Konghucu untuk menjadi muridnya, Konghucu memandangnya dengan sebelah mata karena keburukan fisik dan penampilannya yang lusuh.

Minggu, 14 Oktober 2012

Surga dan Neraka


Suatu ketika seorang manusia diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhannya dan berkata, “Tuhan ijinkan saya untuk dapat melihat seperti apakah Neraka dan Surga itu”.

Kemudian Tuhan membimbing manusia itu menuju ke dua buah pintu dan kemudian membiarkannya melihat ke dalam.

Pemuda Aneh di Kereta

Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu takjub melihat pemandangan sekitarnya. Dengan girang, ia berteriak dan berkata kepada ayahnya:

”Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu … mereka berjalan menyusul kita”.

Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagia mendengar celoteh putranya itu.

Di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakan itu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu, tidak lama pemuda itu kembali berteriak:

“Ayah, lihat itu, itu awan kan …? lihat … mereka ikut berjalan bersama kita juga …”.

Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.

Kamis, 11 Oktober 2012

Bertobatnya Rahula, anak Sang Budha

Foto: DHARMA ANAK & ABG



RAHULA KECIL (Jangan berbohong)

Rahula, anak tunggal Sang Buddha, juga menjadi bhikkhu. Ia adalah anggota Sangha termuda. Semua bhikkhu menyayangi dan memanjakannya, namun Rahula malah jadi semaunya. Kadang ia berbohong hanya untuk bersenang-senang.



Suatu hari, Buddha berkata kepada Rahula, "Tolong ambilkan Saya sebaskom air. Saya ingin mencuci kaki." Setelah mencuci kaki, Sang Buddha bertanya kepada Rahula, "Rahula, maukah kau meminum air ini?" "Tidak, inikan air kotor!" Jawab Rahula.



Lalu Sang Buddha menyuruh Rahula membuang air itu. Buddha menasihati Rahula, "Kalau air jadi kotor, tidak ada yang mau meminumnya. Begitu pula, orang yang suka berbohong tidak akan disukai." Rahula menangis malu. Setelah kejadian itu, Rahula tidak pernah berbohong lagi.



Kita harus selalu mengatakan kebenaran.

(Come And See I, by Jing Yin - Ken Hudson - Yangfeng Liu, penerbit Karaniya & Ehipassiko)
Rahula, anak tunggal Sang Buddha, juga menjadi bhikkhu. Ia adalah anggota Sangha termuda. Semua bhikkhu menyayangi dan memanjakannya, namun Rahula malah jadi semaunya. Kadang ia berbohong
hanya untuk bersenang-senang.

Suatu hari, Buddha berkata kepada Rahula, "Tolong ambilkan Saya sebaskom air. Saya ingin mencuci kaki." Setelah mencuci kaki, Sang Buddha bertanya kepada Rahula, "Rahula, maukah kau meminum air ini?" "Tidak, inikan air kotor!" Jawab Rahula.

Lalu Sang Buddha menyuruh Rahula membuang air itu. Buddha menasihati Rahula, "Kalau air jadi kotor, tidak ada yang mau meminumnya. Begitu pula, orang yang suka berbohong tidak akan disukai." Rahula menangis malu. Setelah kejadian itu, Rahula tidak pernah berbohong lagi.

Kita harus selalu mengatakan kebenaran.

(Come And See I, by Jing Yin - Ken Hudson - Yangfeng Liu, penerbit Karaniya & Ehipassiko)