Selasa, 23 Oktober 2012

Ketika Konghucu Salah Menilai Orang

Konghucu

Zaiyu dan Ziyu adalah dua murid filsuf besar Konghucu yang berbeda nasib. Zaiyu seorang yang berparas tampan dan berotak cemerlang, ia menguasai banyak kitab klasik serta mahir dalam berdebat. Ia menjadi salah satu di antara 10 murid terbaik Konghucu dan sering mendapat pujian dari gurunya. Sedangkan Ziyu adalah seorang yang buruk rupa dan kepintarannya biasa-biasa saja. Ketika ia pertama kali datang menemui Konghucu untuk menjadi muridnya, Konghucu memandangnya dengan sebelah mata karena keburukan fisik dan penampilannya yang lusuh. Konghucu menilai ia tidak pantas menjadi sarjana dan menyuruhnya pulang kampung. Setelah Ziyu berlutut seharian di depan kediaman Konghucu menunjukkan kebulatan tekadnya untuk belajar barulah Konghucu tersentuh dan menerimanya sebagai murid. Kelebihan Ziyu justru terletak pada keteguhan hatinya itu, walau kepandaiannya biasa-biasa saja, ia akan bertanya segala hal yang belum diketahuinya sampai ia bisa dan seringkali belajar hingga larut malam.

Beberapa tahun kemudian, setelah menyelesaikan studinya di sekolah milik Konghucu, keduanya terjun ke masyarakat. Zaiyu pergi ke negara Qi dimana ia dengan mudah mendapat jabatan atas rekomendasi gurunya. Kefasihan lidah dan kepandaiannya bergaul membuat karirnya terus menanjak hingga akhirnya menjadi perdana menteri. Namun keberhasilan ini justru membuatnya semakin arogan dan besar kepala, ia menjadi gila hormat dan sewenang-wenang. Belakangan ia dan keluarganya dijatuhi hukuman mati karena terlibat dalam sebuah konspirasi yang gagal untuk menggulingkan Raja Qi.

Sementara Ziyu, si buruk rupa namun berhati mulia, berkelana ke China selatan yang waktu itu masih merupakan daerah yang liar dan terbelakang. Ia menetap di sebuah desa dan mendirikan sekolah murah di sana untuk mencerdaskan anak-anak di kampung itu. Dalam waktu relatif singkat, sekolahnya telah menerima sedikitnya 300an murid. Berkat kontribusinyalah ajaran Konfusius tersebar luas di wilayah selatan.

Kemudian hari, ketika mengajar, Konfusius membandingkan kedua peristiwa ini, katanya, "Saya sungguh telah salah menilai orang hanya melihat dari penampilannya. Karena terlalu menyanjung Zaiyu, ia menjadi besar kepala sehingga menjerumuskannya dalam tragedi. Karena menilai dari penampilan fisik Ziyu, saya pernah berlaku tidak adil padanya. Sungguh kita tak bisa menilai seseorang hanya berdasarkan penampilan dan kemampuan bicaranya saja"

1 komentar: