Minggu, 29 Juli 2012

Toktoghan, setitik cahaya di akhir Dinasti Yuan

Ilustrasi modern Toktoghan

Toktoghan atau yang dalam lafal Mandarin lebih dikenal sebagai Tuotuo (1314-1356) adalah seorang jenderal dan negarawan pada akhir Dinasti Yuan yang terkenal jasanya karena menumpas pemberontakan yang merajarela menjelang masa senja dinasti itu. Toktoghan adalah keponakan dari perdana menteri Bayan, yang membantu Kubilai Khan mempersatukan daratan China. Sejak usia dini ia telah dididik dengan ajaran Konfusius dan Budhisme sehingga ia mengerti benar tentang orang Han China. Dalam usia relatif muda ia telah memegang jabatan sebagai tim penasehat kekaisaran. Bukan hanya berbakat dalam militer, Toktoghan juga tertarik pada sejarah dan sastra. Ia mengkoordinasi para kaum terpelajar dan pejabat di daerahnya untuk menyunting kitab sejarah. Hasilnya adalah tiga kitab tentang sejarah Dinasti Liao, Jin, dan Song berhasil dirilis dan menjadi referensi berharga hingga kini.

Pada masa itu, Dinasti Yuan yang didirikan oleh bangsa Mongol mulai menunjukkan tanda-tanda kehancurannya. Bencana alam, kelaparan, gagal panen, diperparah lagi dengan korupsi para pejabat dan diskriminasi orang-orang Mongol terhadap orang Han China. Pemberontakan meletus di seantero negeri dengan tujuan mengusir orang-orang Mongol keluar dari China. Toktohan memimpin pasukan menumpas para pemberontak itu dan berhasil memenangkan beberapa pertempuran serta menghukum mati beberapa pemimpin pemberontak. Ia mengajukan proposal mengenai renovasi besar-besaran Kanal Raksasa untuk menanggulangi banjir dan memperlancar jalur operasi militer. Setelah disetujui, ia sendiri memimpin dan ikut bekerja bersama para kuli melakukan pekerjaan besar itu. Sayangnya, karakternya yang keras dan jujur telah menciptakan banyak musuh di kalangan pejabat. Salah satunya adalah Hama, bekas anak didik yang menjadi seterunya. Di bawah perlindungan selir Korea Kaisar Shun, Hama memfitnah Toktoghan dengan tuduhan korupsi serta menghasut kaisar dengan mengatakan bekas gurunya itu sedang mengincar tahta, popularitasnya melebihi kaisar sampai menghembuskan sentimen kesukuan bahwa Toktoghan berasal dari suku Merkit, cabang suku Mongol yang dulunya adalah musuh besar Genghis Khan, yang baru takluk setelah pembantaian sangat berdarah. Kaisar Shun yang dungu itu dengan gegabah mencabut semua wewenang Toktoghan dan menjatuhkan hukuman pengasingan ke Yunnan, padahal saat itu Toktoghan hampir memperoleh kemenangan atas kaum pemberontak dalam pengepungan di Gaoyou

Pasukan di bawah Toktoghan sangat menghormati dirinya, termasuk yang dari etnis Han, banyak dari mereka yang melakukan desersi dan menolak menghormati komandan baru mereka setelah ia dipecat. Hal ini membuat Hama dan para pejabat lain yang membencinya merasa tidak tenang. Maka Hama mengirim utusan dengan membawa titah palsu dari kaisar beserta arak beracun untuk memerintahkan Toktoghan melakukan bunuh diri. Dengan hati hancur, jenderal yang pintar dan setia itu pun mengakhiri hidupnya dengan arak itu. Dengan membunuh Toktoghan, pemerintah Yuan telah menandatangani surat kematiannya sendiri. Dalam tempo beberapa tahun saja, kota-kota yang dikuasai pemerintah mulai berjatuhan ke tangan kaum pemberontak. Klimaksnya tahun 1368, setelah kaum pemberontak bersatu di bawah pimpinan Zhu Yuanzhang (kelak menjadi kaisar pertama Dinasti Ming), kaisar Shun beserta keluarganya terusir dengan memalukan dari ibukota Beijing. Zhu yang adalah menantu dari pemimpin pemberontak Ma Yiliang yang dulu dihukum mati oleh Toktoghan, berkomentar mengenai bekas musuhnya itu, "Sungguh disayangkan tokoh sehebat beliau harus berakhir setragis itu, kalau saja ia hidup pada masa Genghis Khan, ia sudah menjadi seorang pahlawan besar"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar