Kamis, 06 September 2012

Lin Xiangru yang Berjiwa Besar

Lin Xiangru dan Lian Po

Lin Xiangru adalah seorang negarawan China pada masa Negara-negara Berperang yang mengabdi pada negara bagian Zhao. Karir politiknya maju dengan cepat berkat kepandaian dan kemahirannya dalam diplomasi. Dua kontribusi besarnya bagi negara adalah mengembalikan batu giok pusaka negara dari incaran Raja Qin yang ambisius dan menyelamatkan muka Raja Zhao ketika Raja Qin mencoba mempermalukannya dalam perjamuan di Mianchi. Atas jasanya itu, Raja Zhao menaikkan jabatannya menjadi menteri senior. Banyak orang memberi selamat pada Lin atas pencapaiannya yang luar biasa, namun beberapa menaruh iri hati dan dengki padanya, salah satunya adalah jenderal veteran, Lian Po. Lian merasa kesal karena Lin hanya bermodalkan lidahnya yang tajam telah mencapai posisi setinggi itu hanya dalam waktu kurang dari satu dekade, sementara dirinya yang telah mempertaruhkan jiwa dan raga di medan perang sejak muda hingga jenggot memutih saja kedudukannya belum setinggi itu.

Lian Po secara terang-terangan menunjukkan sikap permusuhan terhadap Lin, ia sering menyerangnya dalam rapat-rapat kenegaraan. Orang-orangnya juga sering melakukan provokasi dan cari gara-gara pada Lin dan pengikutnya. Namun Lin tidak pernah meladeni provokasi itu. Setiap kali kereta yang ditumpanginya berpapasan dengan iring-iringan Lian Po, Lin akan memerintahkan kusirnya untuk mengambil jalan memutar demi menghindari Lian, ia juga menghimbau pada para staff maupun pelayannya agar sebisa mungkin tidak terlibat konfrontasi dengan Lian dan orang-orangnya.

Hal ini lama-lama menimbulkan rasa tidak puas di antara para pengikut Lin, mereka menganggap atasan mereka begitu pengecut padahal kedudukannya lebih tinggi dari jenderal Lian. Dalam suatu kesempatan, mereka pun menyampaikan protes ini pada Lin. Namun Lin dengan tenang menjawab, "Perseteruan Jenderal Lian dengan saya itu adalah masalah pribadi, sebagai pejabat tidak sepantasnya mencampur adukkan masalah pribadi dengan pemerintahan yang dapat membawa kekacauan pada negara. Ketika dua harimau bertarung, keduanya akan terluka parah, bahkan mungkin salah satunya mati, saat itulah serigala yang telah mengincar dari kejauhan akan memangsa anak-anak harimau yang tidak lagi terlindungi. Jika intel-intel Qin atau negara-negara lain mengendus kabar bahwa konflik internal di negara kita memanas mereka akan berusaha mengail di air keruh yang pada gilirannya akan membawa kehancuran bagi negeri kita, hal itu lah yang saya takuti, bukannya Jenderal Lian dan orang-orangnya"

Mendengar penjelasan itu, para bawahan Lin berdecak kagum akan kebijaksanaan dan jiwa besar atasan mereka. Cerita itu dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut hingga akhirnya terdengar oleh bawahan Lian yang menyampaikannya pada atasannya. Mendengar semua itu, arogansi dan kebencian Lian seketika berubah menjadi rasa malu. Lian pun memutuskan untuk minta maaf secara pribadi pada Lin Xiangru. Maka ia pun mendatangi kediaman Lin dengan bertelanjang dada dan mengikatkan ranting berduri pada punggungnya sebagai tanda penyesalan.

Di depan gerbang rumah Lin, Lian Po menjatuhkan diri dan berlutut. Ketika Lin keluar menemuinya ia berkata,
"Saya sangat menyesal atas sikap saya terhadap anda selama ini, saya hanyalah orang kasar yang cuma tahu berperang, wawasan saya sangat jauh di bawah anda sehingga berlaku kekanak-kanakan seperti itu. Mohon anda menghukum saya dengan ranting berduri yang saya bawa ini atas kelancangan saya!"
Namun Lin Xiangru yang berjiwa besar itu buru-buru menghampirinya dan menyuruhnya berdiri.
"Jenderal, anda orang yang terhormat, tidak perlu sampai seperti ini, semua hanyalah kesalah pahaman, tidak ada yang perlu dimaafan, kita sama-sama pejabat negara, bukankah seharusnya saling membantu demi negeri ini?"
Sejak itu mereka pun menjadi sahabat. Peribahasa China 'memanggul ranting berduri meminta hukuman' (负荆请罪 fu jing qing zui) berasal dari peristiwa ini, yang artinya berani mengakui kesalahan dan meminta hukuman pada pihak lawannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar